We are ASEAN

Posted by Andi on Sunday, June 16, 2013 with No comments
Dua hari konferensi ASEAN Making Integrity yang dilaksanakan di Hotel Borobudur Jakarta pada 13-14 April yang lalu merupakan langkah bagi Asean untuk mengintegrasikan peran pendidikan dan pemuda dalam memerangi korupsi, hal tersebut di rangkum dalam sebuah tema  “The Role of Educators & Students in Building Integrity and The ASEAN Integrity for Integration”.

Merupakan kesempatan yang luar biasa menjadi bagian dalam perhelatan akademik, sehingga kami mendapatkan banyak nilai yang berharga disana. Kami dapat bertukarpikiran dan memahami tentang orang dari multi disiplin ilmu, baik mereka adalah Pengajar, Praktisi, atau Mahasiswa. Kemudian kami merasakan atmosfer integritas dunia dalam memecahkan masalah korupsi. Salah satu speaker dalam acara tersebut adalah Fredrik Galtung, beliau adalah seorang tokoh berpengalaman yang pernah bekerja untuk organisasi-organisasi dunia seperti Council of Europe, World Bank, UN secretariat, UNDP, UNESCO, Unicef, UN Office of Drugs and Crime, etc. Frederik juga adalah pendiri dari Integrity University Network yang saat ini mempunyai anggota 400 universitas dari 60 negara dalam mengembangkan efektifitas pembelajaran intgeritas. Didalam perhelatan acara itupun kami dapat memahami bagaimana setiap negara di ASEAN berperang melawan korupsi, sata itu kami mendapatkan kesempatan berada di ruangan Myanmar, Laos, dan Kamboja, para pemateri secara khusus yang Saya tangkap adalah bagaimana mereka menjawab tantangan korupsi di dalam sistem pemerintahan satu partai. Disini Saya berkenan untuk menceritakan saah satu presentator bernama Nhat Nguyen Duc dari Vietnam menggaris bawahi 5 kunci penting terhadap permasalahan korupsi, yaitu :

1.Permasalahan korupsi di ASEAN sangat susah diberantas, karena banyak negara didalamnya sedang dalam masa ekonomi transisi, 
2. Korupsi tidak harus diberantas dengan cara-cara ekonomi murni, tetapi perlakukan dengan aspek moral dan budaya,
3. Setelah melalui aspek moral dan budaya, maka pendidikan adalah cara yang paling potensial selanjutnya,
4. Harus meratanya pendidikan, tidak tumpang tindih antara yang punya dan tidak,
4.  Kita harus mengintegrasikan sikap anti korupsi dengan “Asian Values and norms” untuk mencari kekuatan kultur kita dalam memerangi korupsi.

Hal yang terpenting bagi Saya ketika disana adalah tidak hanya mendengarkan materi-materi edukasi, namun bagaimana kami membuat ikatan persaudaraan yang diawali hanya dengan bercakap-cakap, melakukan Cultural Show, dan melakukan sesi tanya jawab memalui presentasi. Saat ini kami diikat kedalam grup Asean Conferences Student 2013 dan  yang kami inisiasi sendiri dan ASEAN University Network, sampai pada saat ini grup tersebut tetap berkomunikasi secara ekstensif.

Kami memahami bahwa fenomena High Politic yang telah melahirkan ASEAN ternyata membawa implikasi terhadap kerjasama Low Politic, dimana peran pendidikan dan peningkatan integritas masyarakat ASEAN telah difokuskan kedalam isu-isu di ASEAN. Dalam globalisasi tentu kita dapat melihat bagaimana para presentator membagikan nilai-nilai dan norma-norma negaranya dalam memandang korupsi dan bagaimana budaya mereka memeranginya, kemudian sikap pluralitas di konferensi tersebut jelas menunjukkan globalisasi dengan bukti diversitas masyarakat yang dapat berbaur dengan akur. Kami membawa bendera-bendera negara ASEAN sekalipun kami bukan warga negaranya, disanapun kami tidak melakukan Cultural Show murni milik ASEAN, tetapi kami melantunkan lagu Heal the World sebagai simbol bahwa Dunia saat ini membutuhkan pemuda dan generasi-generasi lainnya untuk membawanya kedalam dunia yang penuh integritas, kemudian dilanjutkan dengan tarian Gangnam Style yang jelas-jelas merupakan produk Korea Selatan. Ini merupakan bukti bahwa globalisasi diterima oleh masyarakat ASEAN dan tentu hal tersebut membawa efek positif, karena menimbulkan rasa memiliki ASEAN dan rasa memiliki saudara di negara-negara ASEAN.

Categories: